Bacalah kisah di bawah
ini!
KISAH TSALABAH
Di zaman
Rasulullah masih hidup, ada sahabat yang bernama Tsalabah. Hidup-nya sangat
miskin dan kekurangan, namun Tsalabah terkenal sebagai orang yang taat
mengerjakan salat berjamaah bersama Rasulullah serta sahabat lainnya.
Setelah salat berjamaah di masjid, siang itu Rasulullah
menghampiri Tsalabah yang tergesa-gesa hendak pulang tanpa membaca wirid dan
berdo’a terlebih dahulu.
“Tsalabah!...Mengapa engkau tergesa-gesa pulang? Tidakkah engkau
berdo’a terlebih dahulu?”
Tsalabah menghentikan langkahnya dan berterus terang kepada
Rasulullah.
“Wahai Rasulullah...kami hanya memiliki sepasang pakaian untuk
salat dan saat ini istriku belum melaksanakan salat karena menunggu pakaian
yang aku kenakan ini. Kami sangat miskin ya Rasulullah...Jika Engkau berkenan,
doakanlah kami agar Allah menghilangkan semua kemiskinan kami dan memberi
rejeki yang banyak.”
Rasulullah tersenyum mendengar penuturan Tsalabah, lalu beliau
berkata, “Tsa-labah sahabatku..., engkau dapat mensyukuri hartamu yang
sedikit, itu lebih baik daripada engkau bergelimang harta tetapi engkau menjadi
manusia yang kufur.”
Nasehat Rasulullah sedikit
menghibur hati Tsalabah, karena sesungguhnya yang ada dalam benaknya adalah ia
sudah bosan menjalani hidup yang serba keku-rangan. Satu-satunya cara agar
cepat menjadi kaya adalah memohon do’a kepada
Rasulullah, karena do’a nabi pasti didengar Allah Swt.
Keesokan harinya ia kembali menemui Rasulullah dan memohon
beliau mau mendoakannya agar menjadi orang kaya.
Setelah ketiga kalinya Tsalabah memohon, akhirnya Rasulullah
tidak bisa me-
nolak keinginan Tsalabah, beliau menengadahkan tangan ke
langit... ”Ya Allah...
Limpahkanlah rejeki-MU kepada Tsalabah.”
Kemudian Rasulullah memberikan kambing betina yang sedang
bunting kepada Tsalabah. “ Peliharalah kambing ini baik-baik...” pesan
Rasulullah.
Tsalabah pulang membawa
kambing pemberian Rasulullah dengan hati yang berbunga-bunga. “Dengan modal
kambing serta doa Rasulullah, aku yakin aku akan menjadi orang yang kaya
raya.”
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, Tsalabah yang dulu
miskin dan lusuh telah berubah menjadi orang kaya yang terpandang. Kambingnya
berjumlah ri-buan. Disetiap lembah dan bukit terdapat kambing-kambing Tsalabah.
Sehingga Tsalabah lupa untuk beribadah kepada Allah, lupa untuk datang ke
masjid untuk salat berjamaah. Bahkan salat jum’at selalu ditinggalkan oleh
Tsalabah karena kesibukannya mengurusi hewan ternaknya.
Sampai Rasulullah
bertanya-tanya, “Wahai sahabatku...sudah sekian lama Tsalabah tidak
kelihatan di masjid. Tahukah kalian bagaimana keadaannya sekarang?”
“Wahai Rasulullah...Tsalabah sudah menjadi orang kaya.”
“Benarkah? Mengapa ia tidak pernah menyerahkan shodakohnya
sedikitpun?”
Setelah
Allah menurunkan ayat tentang kewajiban zakat, seluruh umat Islam di Madinah
tak terkecuali Tsalabah berkewajiban membayar zakat. Dua utusan Ra-sulullah
menemui Tsalabah membacakan ayat zakat. Kemudian setelah dihitung dari seluruh
harta kekayaannya ternyata memang banyak harta Tsalabah yang ha-rus diserahkan
sebagai zakat. Tak disangka, Tsalabah mukanya berubah merah, ia berang... ”Aku
bisa rugi! Kalian pulang saja. Aku tidak mau menyerahkan hartaku..!”
Kedua utusan Rasulullah
kembali menghadap Rasulullah dan menceritakan se-mua perbuatan Tsalabah. Beliau
bersedih telah kehilangan seorang sahabat yang dulu tekun beribadah ketika
miskin namun setelah kaya ia telah terpengaruh dengan harta kekayaannya. “Sungguh
celaka Tsalabah! Celakalah ia!”
Kemudian Allah menurunkan
ayat 75 dalam surah At Taubah. “Celakalah engkau Tsalabah! Allah
telah menurunkan ayat karena perbuatanmu!” Kata salah seorang kerabat
Tsalabah.
Tsalabah tertegun, ia baru
sadar bahwa nafsu telah menguasai dirinya. Kini ia bergegas menghadap
Rasulullah dengan membawa zakat dari seluruh hartanya. Namun Rasulullah tidak
berkata apa-apa kecuali hanya sepatah kata, “Sebab ke-durhakaanmu, Allah
melarangku untuk menerima Zakatmu!”
Rasulullah mengambil segenggam tanah lalu ditaburkan diatas
kepala Tsalabah...
”Inilah perumpamaan amalanmu selama ini...sia-sia belaka! Aku
telah perintahkan agar engkau menyerahkan zakat, tapi engkau menolak. Celakalah
engkau Tsalabah!”
Tsalabah
berjalan lunglai kembali kerumahnya. Hari-hari dalam hidupnya hanya dipenuhi
dengan penyesalan yang tiada arti. Sampai suatu hari terdengar kabar
Rasulullah telah wafat, ia semakin bersedih karena zakatnya
tidak diterima oleh Rasulullah hingga beliau wafat.
Zakatnya juga ternyata ditolak oleh Khalifah Abu Bakar, Umar Bin
Khattab dan Utsman Bin Affan. Para
Khalifah tidak mau menerima zakat Tsalabah karena Rasulullah juga tidak
menerima zakatnya. Demikian seterusnya sampai Tsalabah meninggal dunia dan
seluruh hewan pemeliharaannya juga ikut mati.
(Diceritakan kembali oleh : Army Manshurin Sumber : HR Ibnu
Jarir Dalam Tafsir Ibnu Katsir)
Demikianlah kisah
Tsalabah, Allah sangat murka kepada orang yang berakhlak
tercela, seperti tergambar dalam Al-Qur'an Surah At-Taubah ayat 75-78:
Artinya:
“Dan diantara mereka ada
orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah
memberikan sebahagian karunia-Nya kepada Kami, pastilah Kami akan bersedekah
dan pastilah Kami termasuk orang-orang yang saleh (75).
Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari
karunia
Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka
memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran (76).
Maka Allah menimbulkan
kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena
mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan
kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta (77).
Mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan
mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib (78).”
Apa yang
telah diperbuat Tsalabah setelah menjadi kaya? Apakah Tsalabah
mau membayar zakat? Apakah zakatnya diterima oleh Rasulullah? Hikmah apa yang
bisa kita ambil dari kisah Tsalabah? Bagaimana cara kita menghindari akhlak
tercela Tsalabah?
Tsalabah adalah orang yang melupakan janjinya. Ketika diuji
dengan hewan ternak yang banyak, Tsalabah lupa mengerjakan salat berjamaah di
masjid bersama Rasulullah. Bahkan lupa mengerjakan Salat Jum’at karena
kesibukannya mengurus hewan ternak.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an surah An-Nahl ayat 91:
Artinya:
“Dan tepatilah perjanjian
dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan
sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan
Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat.”
Selain
melupakan janjinya, Tsalabah juga enggan membayar zakat. Tsalabah termasuk
orang yang tidak mentaati Allah Swt. dan Rasulnya. Dia tidak menyadari bahwa
atas kehendak Allah Swt. Tsalabah menjadi orang yang kaya dan dibalik
kekayaannya itu ada kewajiban untuk membayar zakat.
Tsalabah juga termasuk orang yang tamak, sombong dan kufur
nikmat.
Setelah hewan ternaknya
banyak, waktunya hanya dipergunakan untuk mengurusi hewannya dan memikirkan
bagaimana supanya ternaknya terus bertambah dan bertambah.
Kita
dalam kehidupan sehari-hari harus menghidari sifat-sifat tercela yang dimiliki
oleh Tsalabah. Diantaranya ialah:
1.
Menjaga
mulut, telinga, mata, tangan dan hati kita agar selalu mengingat kebesaran
Allah Swt.
2.
Menyadari
bahwa akhlak tercela akan menyiksa diri kita sendiri.
3.
Menyadari
bahwa ingkar janji akan mendatangkan laknat Allah Swt.
4.
Mengambil
hikmah dari kisah Tsalabah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar